Sabtu, 14 Februari 2015

Laporan Karya Wisata



KEKAYAAN SEJARAH BANGSA SEBAGAI SITUS PENTING DUNIA
Text Box:  
Pada tahun 1977 situs Sangiran dideklarasikan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan dan padatahun 1996 terdaftar dalam situs warisan dunia oleh UNESCO dengan nama The Sangiran Early Man Site.  
Sebuah situs manusia purba bersejarah yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini menyimbah berjuta – juta ilmu yang memasuki jaman dimana kehidupan di bumi bermula.

            Rombongan kami tiba disitus ini pukul 9 pagi, lalu dilanjutkan dengan menonton film yang menceritakan tentang awal mula kehidupan, dari makhluk tunggal bersel satu hingga manusia semua dipertontonkan dengan jelas dan menarik. Situs ini memiliki luas kurang lebih 56 km persegi. Situs sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C schemulling. Ketika aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19, Eugene Dubois pernah melakukan penelitian di sini, namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan Trinil, Ngawi.
Sejak tahun 1934, ahli antropologi Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung buta ("tulang buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa") oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran.
Dengan dibantu oleh Toto Marsono, pemuda yang kelak menjadi lurah Desa Krikilan, setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung buta, yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai fosil Homo erectus lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil H. erectus atau hominid lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya.
Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang (Vertebrata), seperti buaya (kelompok gavial dan Crocodilus), Hippopotamus (kuda nil), berbagai rusa, harimau purba, dan gajah purba (stegodon dan gajah moderen).
Penggalian oleh tim von Koenigswald berakhir 1941. Koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran, yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran, tetapi koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenreich.
Di Situs Sangiran terekam rangkaian lapisan litologi yang lengkap serta  berkelanjutan mulai sejak akhir Kala Pliosen Atas hingga lapisan resen. Mulai dari formasi Kalibeng yang tertua berumur sekitar 2,4-1,8 Juta tahun berupa lempung biru dari lingkungan laut dalam. Diatasnya adalah formasi Pucangan yang berasal dari Kala Plestosen Bawah berumur 1,8-0,73 Juta tahun berupa lahar serta endapan lempung hitam berfasies vulkanik dan rawa.

Disusul oleh formasi kabuh yang berasal dari Kala Plestosen Tengah berumur 0,73-0,20 Juta tahun berupa endapan pasir fluvio-volkanik yang mencerminkan lingkungan daratan. Setelah itu adalah formasi Notopuro yang  berasal dari Kala Plestosen Akhir berumur 0,25-0,12 Juta tahun berupa lahar dan pasir-gravel fluvio-volkanik. Di bagian paling atas Situs Sangiran berupa endapan resen alluvial Kali Cemoro, Brangkal dan Pohjajar.
Di dalam Sangiran terdapat 3 ruang tontonan utama. Terdapat pula replica – replica perkembangan manusia dari jaman pra aksara hingga jaman sesudah pra aksara. Dari Text Box:  kehidupannya yang berpindah – pindah hingga menetap dan berburu meramu hingga berternak. Semua itu dapat kita jumpai di dalamnya.
Text Box:  Tak luput dari semua itu, contoh – contoh fosil yang pernah ditemukan pun diperlihatkan, dikemas dengan sedekimian rupa sehingga menyerupai aslinya seperti dulu. Kami dapat menimba ilmu dengan jelas karna bukti- bukti penemuan memperkuat teori yang ada. Walaupun teori – teori mengenai asal mula masih diragukan namun kamu menjadi tau keseluruhan perkembangan nenek moyang kami. Seperti pendapat Darwin yang menyatakan manusia berasal dari seekor kera, namun pendapat itu tidak memiliki bukti yang kuat, membuat kami menjadi kreatif berfikir dan menelaah kembali masa lampau.
            Museum Sangiran yang dibangun merepresentasikan tiga sajian kronologis,
yaitu “Kekayaan Sangiran” yang menghadirkan fosil -fosil asli dalam berbagai diorama
yang menunjukkan betapa kayanya Sangiran. “Langkah-langkah Kemanusiaan”  bercerita tentang peciptaan alam semesta, evolusi makhluk hidup hingga manusia,  penciptaan kepulauan Nusantara, kedatangan manusia purba pertama di Indonesiahingga penyebarannya dengan penjelasan perubahan budaya dan lingkungannya. Serta “Jaman Keemasan Sangiran 500.000 tahun silam” dipajang diorama raksasa yang melukiskan kehidupan Homo erectus di jaman keemasan Sangiran, dilengkapi dengan manekin Sangiran 17 dan Manusia Flores.

Museum ini dibangun secara intensif sejak 2008, sebagai pengganti museum yang lama. Diselesaikan dan diresmikan pemanfaatannya untuk publik pada 15 Desember 2011 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Wakil Menteri Bidang Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Wiendu  Nuryanti, Ph.D. Hal ini menjadi babak baru bagi Sangiran sebagai loncatan status yang sangat signifikan, dari museum klasik ke museum modern, dari Text Box: ««««««««««
 
««««««««««

museum statis ke museum dinamis. Di lain pihak peresmian Museum Sangiran juga merepresentasikan arti secara internasional. Peresmian museum ini diwarnai dengan beberaPa even berbobot internasional seperti seminar internasional dengan tema “75 Years After the  First Hominid Discovery”, penyerahan sumbangan reonstruksi temuan kuda air  bukuran, Hippopotamus sp., dari Pemerintah Perancis untuk Museum Manusia Purba Sangiran dan International Field-school berupa ekskavasi arkeologis di atas formasi Kabuh di Pucung (Desa Dayu) yang dilaksanakan bersama oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Museum National d’Historie Naturelle Perancis, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Harmadi dkk, 2012).















KISAH CINTA DALAM BALUTAN DRAMA TARI
            Langit mendung menyapa kami saat tiba dikawasan Sendratari Ramayana, Sendratari yang terletak tak jauh dari Candi Prambanan ini menyimpan sejuta historis perjuangan Rama dan Shinta dalam menggapai bahtera rumah tangganya.
Text Box:  
 
 
            Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog, diangkat dari cerita Ramayana dan dipertunjukkan di dekat Candi Prambanan di Pulau Jawa, Indonesia. Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sendratari yang paling rutin mementaskan Sendratari Ramayana sejak 1961.[3][4] Pemilihan bentuk sendratari sebagai penutur cerita pahlawan atau biasa disebut wiracarita Ramayana karena sendratari mengutamakan gerak-gerak penguat ekspresi sebagai pengganti dialog, sehingga diharapkan penyampaian wiracarita Ramayana dapat lebih mudah dipahami dengan latar belakang budaya dan bahasa penonton yang berbeda. Cerita Ramayana adalah perjalan Rama dalam menyelamatkan istrinya Sita (di Jawa biasa disebut Sinta) yang diculik oleh raja Negara Alengka, Rahwana.  Sendratari Ramayana Prambanan biasa digelar tiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, pementasan di panggung terbuka hanya pada bulan kemarau, di luar itu pementasan diadakan di panggung tertutup.
                Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Kisah Ramayana yang dibawakan pada pertunjukan ini serupa dengan yang terpahat pada Candi Prambanan.
            Cerita dimulai ketika Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk menentukan pendamping Dewi Shinta (puterinya) yang akhirnya dimenangkan Rama Wijaya. Dilanjutkan dengan petualangan Rama, Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan Dandaka. Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang telah lama dicarinya.
Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang pengikutnya yang bernama Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil karena Shinta terpikat dan meminta Rama memburunya. Laksama mencari Rama setelah lama tak kunjung kembali sementara Shinta ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran sakti agar Rahwana tak bisa menculik. Perlindungan itu gagal karena Shinta berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri menjadi sosok Durna.
Text Box:  Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut kembali dari Rahwana oleh Hanoman, sosok kera yang lincah dan perkasa. Namun ketika dibawa kembali, Rama justru tak mempercayai Shinta lagi dan menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian diri, Shinta diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun akhirnya menerimanya kembali sebagai istri.
Double Bracket:  Sendratari Ramayana sudah dipentaskan selama 51 tahun sejak 28 Juli 1961.  Digagas oleh Letjen TNI (purn) GPH Djati Kusumo dengan mementaskannya di panggung terbuka sebelah selatan Candi Prambanan. Saat itu tujuannya memang untuk menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan dan Presiden Soekarno sendiri sangat ingin membawa Ramayana Prambanan sebagai langkah dari seni budaya Indonesia yang pentas ke dunia. Dari waktu ke waktu pementasan kolosal ini terus diimprovisasi dan diperlengkapi lebih megah. Pada masa Presiden Soeharto, tepatnya tahun 1989 diresmikan panggung utama di Candi Prambanan untuk pementasannya dengan dilatari keindahan candi tercantik di Indonesia tersebut.
Hingga saat ini Sendratari Ramayana Prambanan telah meraih berabgai penghargaan dan terakhir tahun 2012 mendapatkan penghargaan Pacific Asia Travel Association (PATA) Gold Awards mengalahkan 180 konstestan dari 79 negara untuk kategori “Heritage”. Sebelumnya untuk kategori yang sama diperoleh tahun 1994 dan 2011. Hal ini membuktikan bahwa keinginan Presiden Soekarno untuk membawa salah satu budaya Indonesia pada kancah yang lebih tinggi telah terwujud, bahkan menjadi yang terbaik.
Tak lengkap jika setelah menonton pertunjukan tak berfoto dengan si tokohnya. Maka setelah pertunujukan selesai kami berbondong – bonding menuju panggung untuk foto bersama para tokoh penari, terutama Rama dan Shinta. Shinta yang memang terlihat sangat anggun dan cantik ini tak heran menghipnotis pengunjung yang ada.


GEMERLAP PASAR JOGJA MENARIK GAIRAH BELANJA
Text Box: hhh              Cahaya langit cerah alunan kendaraan umum terdengar belum lagi suara klakson yang membabi buta menyambut kami saat turun dari bis. Sejauh mata memandang, terdapat pasar hiburan atau yang biasanya disebut dengan pasar malam. Lampu – lampu kota bersinar terang, menerangi jalan kami menyusuri kota Jogja malam hari. Kami tiba di pasar yang terdapat di jalan Malioboro satu kawasan dengan jantung kota Jogjakarta yang lebih dikenal dengan sebutan pasar Malioboro pukul 8 malam waktu setempat.
Text Box:  Dalam bahasa Sansekerta, kata “malioboro” bermakna karangan bunga. itu mungkin ada hubungannya dengan masa lalu ketika Keraton mengadakan acara besar maka jalan malioboro akan dipenuhi dengan bunga. Kata malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama “Marlborough” yang pernah tinggal disana pada tahun 1811-1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian keraton Yogyakarta (Kediaman Sultan).
            Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini. Membentang panjang di atas garis imajiner Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi. Malioboro adalah detak jatung keramaian kota Yogyakarta yang terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman.
Text Box:                  Sekarang ini merupakan jalan pusat kawasan wisatawan terbesar di Yogyakarta, dengan sejarah arsitektur kolonial Belanda yang dicampur dengan kawasan komersial Cina dan kontemporer. Trotoar di kedua sisi jalan penuh sesak dengan warung-warung kecil yang menjual berbagai macam barang dagangan. Di malam hari beberapa restoran terbuka, disebut lesehan, beroperasi sepanjang jalan. Jalan itu selama bertahun-tahun menjadi jalan dua arah, tetapi pada 1980-an telah menjadi salah satu arah saja, dari jalur kereta api ke selatan sampai Pasar Beringharjo. Hotel jaman Belanda terbesar dan tertua jaman itu, Hotel Garuda, terletak di ujung utara jalan di sisi Timur, berdekatan dengan jalur kereta api. Juga terdapat rumah kompleks bekas era Belanda, Perdana Menteri, kepatihan yang kini telah menjadi kantor pemerintah provinsi.
Text Box:  
 
            Kami menyusuri jalan dengan berjalan kaki, kami tidak menyewa becak karena kami ingin menikmati betul suasana kota pelajar tersebut. Dalam perjalanan telinga kami bergantian mendengar sapaan para pedagan kaki lima dan tawaran mereka. Kami pun tak luput membeli oleh – oleh, kami berhenti pada sebuah kios baju dan memilih – milih kaos oblong bertema Jogja ini. Tanpa berfikir panjang kami memborong banyak kaos, dikarenakan harga yang terjangkau berkisar Rp.10.000 hingga Rp. 40.000 sangat pas dikantong kami yang memang belum memiliki penghasilan.
            Sebelum memasang target belanja, saya menyusun skala proritas dari barang yang sangat saya butuhkan hingga barang pelengkap kebutuhan utama saya. Saya pun tidak kerepotan menghitung biaya dan keefisiensi mengeluaran dana saya.
            Berbagai hiasan terpampang di pinggir jalan, mulai dari patung gajah yang sangat besar hingga menyerupai ukuran gajah asli dan patung kuda yang menawan. Di sela – sela perjalanan kami, kami terhibur oleh komunitas music tradisional yang memamerkan keahliannya dipinggir jalan. Walaupun hanya dipinggir jalan, itu sudah cukup pengusir penat para masyarakat yang melintasi.
            Di Malioboro banyak terdapat  pernak - pernik, cinderamata, kaos oblong, batik khas, maupun kuliner yang tak kalah menggairahkan. Dengan harga yang pas dikantong, serta sambutan yang ramah kami jumpai disini.\
            Tak ingin menyia – nyiakan keberadaan pasar malam, kami pun bergegas menaiki wahana yang biasa disebut dengan “bianglala”. Awalnya salah satu dari kami takut untuk menikinya, namun karan kami memaksa akhirnya ia bersedia. Wahana yang menggoyah jiwa ini berlangsung lumayan lama dengan siselingi atraksi si tukang penarik. Dengan diameter lingkaran kurang lebih 5 meter kami duduk dikeliling lingkarang tersebut lalu diputar selama 10 menit dengan kecepatan tinggi hingga rendah, jika dihitung kami sudah berputar sebanyak kurang lebih 25 kali.
Setelah puas berpetualang di Malioboro, kami menuju penginapan pukul 10.00 malam. Bertempat di Hotel Eden 2 daerah Kaliurang kami menghabiskan mimpi indah kami di ranjangnya. Saat tiba sudah larut malam, kami langsung menuju kamar dan bergegas membersihkan diri lalu pergi tidur. Walaupun diselingi canda tawa kawan – kawan yang bertingkah gila dan lain sebagainya menutup tidur kami.
Text Box:  
 


Pagi yang cerah menyambut saya, sinar matahari yang langsung menuju dalam kamar menghangatkan ruangan. Kami serombongan antri untuk mandi dan bersiap sarapan. Dengan menu mpek – mpek khas Palembang mengganjal perut kami. Tak disangka – sangka, saat saya menuju tempat makan yang berada diluar ruangan langsung terlihat pemandangan yang sangat luar biasa. Bagian seperti lembah dan hijau rimbun penuh kesejukan langsung menarik hati untuk diabadikan ke dalam kamera.
            Pemandangan yang membuat saya cepat menghabiskan makanan saya dan menuju kearahnya tak dapat saya hidari. Setelah puas memotret alam nan hampar saya menuju bagian – bagian lain hotel tersebut.
            Walau mata masih mengantuk tak mengurungkan niat saya untuk terus menyusuri bagian hotel tersebut. Sampailah saya pada kolam buatan yang terdapat pada hotel tersebut, melihat teman saya bermain ria saya hanya dapat mengabadikan mereka sebagai kenangan wisata kali ini. Setelah semua siswa selesai check out, rombongan kami berangkat ke Pantai Indrayanti pukul 09.00 pagi.












SELAYANG PANDANG PANTAI SELATAN BERPASIR PUTIH
Text Box:             Matahari bersinar terik tak menyusutkan semangat kami mendatangi pantai berpasir putih ini. Ya Pantai Indrayanti namanya, pantai yang terletak di Timur Pantai Sundak ini menawan setiap mata yang memandang. Dengan pasir putih yang elegan menawarkan ombak yang cukup tinggi namun tetap tak membuat takut pendatangnya.
            Tidak hanya berhiaskan pasir putih, bukit karang, dan air biru jernih yang seolah memanggil-manggil wisatawan untuk menceburkan diri ke dalamnya, Pantai Indrayanti juga dilengkapi restoran dan cafe serta deretan penginapan yang akan memanjakan wisatawan. Beragam menu mulai dari hidangan laut hingga nasi goreng bisa di pesan di restoran yang menghadap ke pantai ini. Pada malam hari, gazebo-gazebo yang ada di bibir pantai akan terlihat cantik karena diterangi kerlip sinar lampu. Menikmati makan malam di cafe ini ditemani desau angin dan alunan debur ombak akan menjadi pengalaman romantis yang tak terlupa.
            Penyebutan nama Pantai Indrayanti sebelumnya menuai banyak kontraversi. Indrayanti bukanlah nama pantai, melainkan nama pemilik cafe dan restoran. Berhubung nama Indrayanti yang terpampang di papan nama cafe dan restoran pantai, akhirnya masyarakat menyebut pantai ini dengan nama Pantai Indrayanti. Sedangkan pemerintah menamai pantai ini dengan nama Pantai Pulang Syawal. Namun nama Indrayanti jauh lebih populer dan lebih sering disebut daripada Pulang Syawal. Keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan Pantai Indrayanti rupanya turut membawa dampak positif. Berbeda dengan pantai-pantai lain yang agak kotor, sepanjang garis pantai Indrayanti terlihat bersih dan bebas dari sampah. Hal ini dikarenakan pengelola tak segan-segan menjatuhkan denda untuk tiap sampah yang dibuang oleh wisatawan secara sembarangan. Karena itu Indrayanti menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi.
            Setelah puas terbasahi oleh air laut, kami segera mandi dan berkemas diri. Lalu kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Semarang, sebelum tiba ditempat tujuan kami menyempatkan makan malam di RM Rawa Permai, Salatiga. Hingga sampai di sekolah pukul 23.30. Sayonaraaa

KATA PENGANTAR
            Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menuntun saya selama karya wisata dan membantu saya dalam menyusun tugas essay. Saya menucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada teman – teman, bapak – ibu guru, maupun pendamping selama karya wisata karena telah membantu saya dalam menyusun karya wisata ini.
            Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama karya wisata ini diadkan sehingga menambah wawasan dan ilmu saya. Semoga karya wisata ini dapat diadakan lagi berhubung manfaatnya yang sangat besar.
            Tidak ada seseorang yang mampu mendeskripsikan dengan detail tanpa melihat sesuatunya secara langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar